14 April 2015

Aku mulai cinta kopi!

Kopi.
Kopi.
Kopi.
Dimulai dari kopi kaleng dan UHT.
Lalu kopi sachet.
Maju ke kopi cafe latte.
Dan akhirnya di kenalkan dengan dua jenis umum kopi, arabica dan robusta.
Lalu mencicipi single origin pertamaku, Dripped Sumatra Mandhailing, punya Gema, suhu nya kopi.
Akhirnya belajar bikin latte pake franch press, diajarin Baren.
Diajak belajar cupping. Di puji Gema dan Pile waktu nyicip Sunda Peaberry, lalu nemu rasa buah di dalemnya waktu di Dreezle Coffee, Pile itu lebih suhu dari Gema.
Lalu memperhatikan baik baik segala proses manual brew.
Dan sekarang kepingin banget punya kopi seduh dingin di rumah.
.
.
Dari kopi yang sangat manis, sampai kopi yang asam. Kali ini aku mau cerita tentang bagaimana perjalananku dari awal mencicipi kopi sampai akhirnya sekarang aku sedang sangat tertarik akan kopi, mungkin hampir hobi, belum cinta.
Well, awalnya dari sini.
Waktu kecil sering nyicip kopi kaleng nescafe, karena rasanya keren banget waktu kecil minum kopi tuh, belum diizinin buat nyoba kopi sachet, too hard kata nya. Kopi kaleng itu kan rasanya masin manis banget, rasanya bener bener susu di kopi in, bukan kopi di susu in. Tapi teteup, lidah kecilku dulu mikirnya rasanya cukup pahit. Bener bener gaya kan, udah negak caffein sejak kecil? Pantes tubuhku gak besar besar.
Mulai SMP dan SMA, aku sering beli kopi sachet, good day vanilla latte, belom juga nyentuh ABC susu atau ABC mocca. Rasanya kaya minuman biasa, apalagi beli nya ditambah taburan oreo dan gula tambahan, beuh, kopi nya hilang rasa, tapi dulu rasanya tetap enak, teteup merasa keren juga, udah nyandu caffeine dari kecil (padahal bahaya kebanyakan kopi). Masa kopi sachet ku cukup lama, bahkan sampai sekarang, tapi sekarang sudah gak kaya dulu, sekarang sudah berani minum kopi hitam sachet macam ABC dan Torabika. Ditambah lagi dengan masuknya aku ke sekolah arsitektur, caffeine is my drugs...tapi sempet lambung ku protes karena dilumuri kafein setiap hari, sempet gak ngopi selama 2-3 bulan (Sekarang sembuh!)
Mulai SMA juga aku udah mulai sering jajan kopi kopi minimarket, kaya Circle K, dulu merasa kopi Circle K itu pahit banget, lidahku belum terbiasa, sehingga masih butuh gula untuk pemanis. Tapi saya sudah cukup hobi tiap ke cafe beli nya latte, dengan variasi latte art yang lucu lucu, karena takut zonk, aku cuma beli Cappucinno dan moccachino aja, atau yang blend sama chocolate dan milk. Bisa dibilang, belum kopi kopi banget. Dan seingatku, semua kopi yang ku beli rasanya selalu pas, manis! I love sweet coffee in this period of time.
Pada akhirnya aku ketemu dengan Baren, Baren itu, minum kopi hampir setiap hari. Kok tahu? Yaiya dia pacarku. Aku tahu ada kopi Arabica dan Robusta dari Baren. Sampai sejauh ini, aku hanya tahu Arabica dan Robusta adalah kopi hitam. Gak tahu kalau ternyata ada cara cara brewing nya. Tapi aku pun gak tertarik, karena gak pernah mencoba, dan udah punya mindset kopi hitam itu pahit, buat emang emang kuli, dan aku gak suka! Tapi sempat beli kopi robusta di Kopi Aroma (dan baru sekarang sekarang berani nyoba kopi hitam bubuk yang sengaja bikin)
Aku ini gak tahu kalau sahabatku, Gema, pecinta kopi. Sampai tiba tiba di Kopi Progo, ia dengan lancarnya pesan Mandhailing, di dripped. Sumpah, gak ngerti apa apa! Dan ketika aku coba, rasanya pahit, gak keruan. Pokonya aku gak suka.
Tapi beberapa minggun kemudian, terbesit di benakku buat nyobain Vietnam Drip, pergi lah aku ke Kopi Progo, jajan kopi Bali dengan metoda Vietnam Drip yang pakai susu. Aku mesti chat Gema dulu, gimana cara minum dari Vietnam Drip, setelah ngejelasin, aku coba. Aneh!! Rasanya beda dari Vietnam Drip yang dulu di beli Gema di tempat yang sama. Walau gak habis, sekarang aku punya kesukaan baru, Vietnam Drip! Karena dikasih susu...jadi asam kopi nya gak terlalu kerasa. He he. Sejak itu, setiap pergi ke coffee shop, aku beli Vietnam Drip.
Udah ngerasa jago, tapi ternyata ilmu kopi sebatas Vietnam Drip itu jauh dari kata "TAU", dimasa masa ini, Baren lagi senang senangnya bikin latte art, sehingga dari situ juga aku tahu ada metoda lain yaitu French Press yang ternyata aku sudah lama punya di rumah namun aku gak pernah sadar kalau itu dipakai untuk bikin kopi!! Baren ajari aku bikin latte art tanpa menggunakan steamer dan froather. Ilmu ku makin nambah lagi.
Ditambah lagi beberapa saat kemudian, setiap kali aku, Gema dan Faris keluar di malam hari, tujuan kami itu "kopi" walau khusus Faris, perlu gula tambahan, dia memang gak suka kopi. Tapi aku semakin dicekoki Gema, semakin menggila. Sampai akhirnya aku, Gema dan Faris pergi ke Lacamera Coffee, Gema pesan Katura Flores dengan metoda V60. Di menu Lacamera, ditulis beberapa cara manual brew, Gema jelasin segalanya sama aku, sampai aku penasaran banget dengan V60 nya Gema, dan nyobain. Kopi nya cleaaaan banget, aku masih ingat rasanya, manis di akhir. Awalnya pahit banget, tapi lama kelamaan kerasa manis nya dengan sedikit asam. Aku pun mulai naksir dengan single origin. Oh ya, di hari itu aku di marahin Gema karena nyampurin kopi Papua pake susu tanpa di coba dulu rasanya gimana. Heu.
Aku makin penasaran dengan single origin dan manual brewing, sampai sampai browsing semalaman penuh tentang itu. Dibawalah aku ke tempat kopi kecil yang atmosfirnya sangat hangat dan menyenangkan! Dreezel Coffee.
Disana aku bener bener merasa ilmu kopi ku gak ada apa apanya, dibandingkan Gema, Pile, teman temannya, dan Barista nya.  Sampai sampai ketika pesan aku gak tahu mau pesen apa. Gema dan Pile ngerekomendasiin untuk coba Sunda Peaberry, tapi setelah Barista nya, Andre tahu aku baru melangkahkan kaki menuju dunia kopi, ia suruh aku coba Sunda Arromanis yang di V60. Aku pasrah aja dibikinin apa sama Barista nya. Hari itu aku dapat ilmu baru, kopi hasil brewing yang kotor, dan yang enggak. Dan untuk pertama kalinya, malam itu aku minum V60 sampai habis dan dingin (karena waktu dingin tingkat keasamannya bertambah), ajaibnya, tanpa susu!!! Jadi benar benar ngerasain rasanya single origin tanpa susu. Dan aku tambah penasaran sama kopi.
.
Ilmu ku memang belum jauh, masih sangaaaaaaaaat dangkal dibandingkan teman teman baruku di Dreezel. Tapi disini aku menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang bisa aku dalami disamping sekolah arsitektur yang melelahkan. Di titik ini aku merasa kalau pusing minum kopi aja. Mau itu milk based, manual brew, atau pun kopi lainnya. Namun aku kembali berpikir, apa yang membutatku mulai jatuh cinta pada kopi adalah bagaimana kopi mempererat hubunganku dengan Baren, bagaimana kopi membawaku bertemu dengan orang orang baru, bagaimana kopi menjadi suatu pembahasan menarik dibandingkan hanya membicarakan orang lain, bagaimana kopi membentuk suatu komunitas yang memberikanku banyak tawa, bagaimana kopi membuat atmosfir yang hangat. Sehingga aku cinta kopi, namun lebih tepatnya, aku cinta akibat akibat kecintaanku pada kopi.
Well, yang mau ajak saya ngopi, ayo! Kita belajar bareng bareng tentang kopi :) tapi pastikan cari tempat ngopi yang gak crowded banget sehingga atmosfer nya benar benar terbentuk, sehingga kopi yang kamu nikmati benar benar nikmat, bukan hanya pahit dan asamnya, tapi juga manis dan hangatnya suasana ketika meneguk kopi.
Ayo, ajak aku ngopi!
Good Coffee, good friend, and good atmosphere, makes coffee taste better. :)

No comments: