Pagi ini gue dan teman teman harus bangun lebih pagi, selain nge cek apakah semua barang udah kita pack, kita juga udah memesan tiket shuttle bus untuk berangkat ke Pelabuhan Bangsal. Tiket shuttle bus ini sudah termasuk dengan tiket menyebrang ke Gili Trawangan menggunakan public boat. Shuttle bus + one way public boat ini hanya seharga 50k per orang, keuntungan lainnya shuttle bus nya akan menjemput di penginapan. Shuttle bus ini juga kita dapat dari Pak Surya, selain menyewakan mobil, Pak Surya juga memiliki jasa transport untuk pergi ke Pelabuhan Bangsal atau destinasi lainnya di Lombok. Ini terhitung sangat murah, terimakasih kepada Novi karena udah menawarkan harga di Pak Surya *skill menawar harus benar benar dipakai selama di Lombok, biar irit.
Shuttle bus yang berupa mobil carry berkapasitas dua belas orang itu menjemput kita di Ressa Homestay pada pukul setengah delapan pagi, masih sangat ngantuk, tapi harus segera berangkat dan check out. Agak sedih harus pisah dengan Ibu Kaori, rasanya kalau ada Ressa Homestay di Gili Trawangan, gue juga akan memutuskan untuk menginap disana. Hiks. Setelah pamitan dengan Ibu Kaori, gue dan teman teman langsung meluncur ke Pelabuhan Bangsal. Perjalanan memakan waktu cukup lama, tapi gak terasa karena gue menghabiskannya dengan tidur. Yang lucu, di dalam shuttle bus ini ketika kami naik sudah ada sepasang suami istri sekitar umur 60-70 an, mereka katanya mau menyusul anaknya di Gili, setelah ngobrol lebih jauh, ternyata mereka juga berasal dari Bandung. Gak tahu kenapa gue sih happy banget bisa ketemu dengan orang sekampung, akhirnya gue dan Anissa ngobrol cukup banyak dengan mereka, sebelum akhirnya gue tidur.
Sampai di Pelabuhan Bangsal, gak lama menunggu gue langsung naik ke atas kapal public boat. Naik public boat ini lo akan naik bareng dengan penjual sayur dan lain lain, ya maklum lah ala ala backpackers, tapi gak sedikit juga turis lokal yang memilih untuk naik perahu kayu ini jika dibandingkan dengan naik fast boat yang dibandrol 80k per kepala satu kali jalan. Tapi perahu ini aman kok, asyik juga karena bisa ketemu dengan orang orang baru.
Tiket untuk menyebrang ke Gili Trawangan, gak usah takut kehabisan perahu, karena public boat punya jadwal penyebrangan sampai pukul tiga sore dan akan berangkat setiap perahu penuh, dan menurut pengalaman gue, perahunya akan selalu penuh. Tiket nya punya berbagai warna, nantinya perahu mana yang akan lo tumpangi akan di umumkan sesuai dengan warna tiket.
Oh iya, gue mau cerita sedikit sebelum melanjutkan cerita ke Gili, pada dasarnya gue ini orangnya suka banget ketemu orang baru, apalagi kalau orangnya welcome sama kita, jadi jangan kaget kalau di perjalanan Gili ini mungkin lo akan berfikir gue banyak banget SKSD sama orang. Hehe. Karena The perks of travelling buat gue adalah meeting someone new.
30 menit di perahu dan kita sampai di Pelabuhan Gili Trawangan. Hal pertama yang gue pikirkan ketika gue sampai di Gili: "Ini gue di Indonesia apa bukan ya?". Turis lokal bisa dihitung jari, dan Gili Trawangan pada saat itu sangat ramai, entah karena gue sebelumnya bermalam di Senggigi yang sepi, gak tahu. Pokoknya pribumi yang gue temui paling banter adalah yang menyewakan snorkeling dan jaga toko. Setelah sedikit culture shock, akhirnya gue membuka maps dan mencari Andi Homestay, penginapan yang sudah gue pesan melalui booking.com dua minggu sebelum keberangkatan.
Eh, gue mau kasih sedikit tips tentang main ke Gili. Reminder, di Di Gili gak ada kendaraan ber knalpot, cuma ada sepeda dan cidomo a.k.a delman yang harganya cukup mahal per kepala. Untuk trip yang nyaman gue akan saranin beberapa tips:
1. Pakai backpack: kenapa? Jalan di gili gak mulus karena gak diaspal, dorong dan tarik koper sedikit repot apalagi di jalan lo bakal nemuin beberapa bolong bolong jalan tanah dan, pelabuhannya gak sebagus yang lo kira. Repot banget kalau harus angkat koper dari perahu ke daratan, ujung ujungnya lo harus keluar biaya lagi untuk porter. Jadi kalau gue saran sih, kalau mau main ke gili lebih baik backpacker an aja.
2. Siapin uang cash: karena niscaya atm akan nguantriii apalagi kalau sudah mulai malam. Atm juga gak banyak, paling satu per bank, plus beberapa atm jauh juga dari homestay homestay yang ada di bagian tengah pulau. Jadi mending dari lombok siapin dulu cash kalau gak mau repot.
3. Pakai celana pendek, untuk yang pakai kerudung siapin celana tambahan: karena turun dari perahu itu lo harus menghadang juga yang namanya ombak pantai yang gak akan berhenti sehingga otomatis celana lo akan basah kalau lo pakai jeans panjang. Buat yang berkerudung mau gak mau pasti celana akan basah sehingga harus siapin celana tambahan untuk disana. Saran dari gue juga sih jangan pakai rok. Gak nyaman, di gili lo akan menghadapi berbagai rintangan fisik seperti angkat tas, sepedahan, dan jalan kaki dengan jarak yang cukup jauh. Apalagi kalau lo nyasar pas nyari homestay (itu gue dan temen temen gue. Hehehe)
4. Pakai sendal: Jangan sekali sekali pakai sepatu dalam perjalanan kamu ke gili. Ini serius, gue mengingatkan kalau lo gak mau sepatu lo terendam air. Kalau untuk jalan jalan di pulau nya sih its okay.
5. Siapin mata: siap siap untuk lihat bule bule berbikini atau bule bule topless naik sepeda, siap siap untuk lihat bule bule skinny dip di malam hari, dan siap siap lihat banyak bule make out di beberapa tempat umum. Gue mengingatkan ini sebelumnya takutnya lo culture shock ketika datang ke Gili. Jangan kaget dan jangan aneh, budaya barat lebih mendominasi di sini kalau dibandingkan dengan budaya timur.
6. Bawa abon dan makanan cepat saji yang bisa dibekel: Karena makan disini mahal. Warung warung nasi itu jarang, karena di Gili didominasi dengan cafe cafe yang mayoritas pemiliknya juga orang Australi. Jangan kaget kalau untuk sandwich aja harganya 35k per porsi.
Setelan ke Gili Trawangan. Ini sebenarnya ketika mau pulang sih, pakai sepatu karena jalan kotor dan becek abis. Ujung ujungnya ketika naik perahu untuk nyebrang ke Lombok ya nyeker juga.
Ah, iya, disini juga gak ada yang namanya Aqua, adanya air minum botol Narmada, mungkin mereka bertujuan mendukung produk Lombok kali ya..tapi Narmada ini gak kalah seger dengan Aqua, walau memang sedikit payau rasanya. Siang itu setelah sampai di Andi Homestay gue dan teman teman langsung menghabiskan dua botol besar Narmada. Cuaca sangat cerah dan panas siang itu. Dih, tapi happy kok.
Gue memesan dua kamar di Andi Homestay, satu kamar standard fan dan satu kamar family room dengan AC. Dua kamar tersebut totalnya 550k per malam, overall ini adalah homestay paling murah yang gue temukan di booking.com. Gue dan teman teman mengobrol dengan penjaga homestay, gue gak tanya siapa namanya. Dia menawarkan penyewaan sepeda seharga 35k per sepeda per hari, ini juga kita dapatkan setelah menawar, tapi ini sudah sangat murah ketimbang sepeda sepeda lain yang di sewakan seharga 50k-60k per sepeda per hari. Seakan dapat rezeki nomplok, melalui si penjaga homestay, gue dan teman teman memutuskan untuk bergabung dengan jadwal snorkeling tiga gili dengan harga 100k per orang, berhubung Sarah pengen banget snorkeling.
Menggunakan sepeda, gue dan teman teman pergi ke Pelabuhan lagi untuk menunggu jadwal snorkeling pada pukul 1 siang. Selagi menunggu,
Gue lupa rasa apa, tapi enak banget pokoknya.
Gak lama kemudian, gue akhirnya mendapat panggilan untuk segera naik ke perahu. Bersama guide snorkeling kami, sebut saja Bli Jamur (karena si Bli terus terusan ngajak si Sarah nge 'jamur'). Bli Jamur memberi instruksi dan memberikan life jacket atau pelampung pada orang orang yang tidak bisa berenang. Gue dengan pede nya menolak menggunakan life jacket.
Snorkeling ini dilakukan di tiga spot, dan lagi lagi gue lupa nama nama spot nya. Hehehe. Spot pertama itu berada di dekat pulau Gili Meno. Gak begitu dalam, tapi ikannya sedikit. Kita diberi waktu 30 menit untuk main main disini. Spot kedua, Bli Jamur bilang kalau kita harus berenang dulu sepanjang 200m untuk bisa lihat kura kura, beberapa orang memutuskan untuk gak ikut termasuk semua teman teman gue, sementara gue nekat mengikuti si Bli Jamur berenang ke tengah laut. Gue sedikit terkejut, ketika mengetahui bahwa gue dan seorang laki laki adalah satu satunya pribumi yang turun ke laut. Nekat, nekat, nekat.
Berenang di laut jauh lebih berat kalau dibandingkan di kolam, gue sedikit kehabisan nafas di tengah tengah perjalanan berenang, sampai sampai gue harus pegangan dengan seorang turis Taiwan perempuan (cantik banget lho!), untungnya dia gak gimana gimana ketika gue meminta bantuannya. Lalu gue melambaikan tangan pada Bli Jamur untuk meminta bantuan. " Bli! Capek aku! " disana gue jadi orang paling cupu, bahkan kalah sama seorang wanita bule berumur 60an. Hiks. Setelah beberapa menit pegangan dengan si Bli dan menemukan kura kura, akhirnya gue memberanikan diri untuk berenang lagi mengejar si kura kura itu. Gue takjub sih, bagaimana keindahan alam akhirnya memberikan gue kekuatan lagi sebelum menyerah dengan diri gue sendiri. Hehe.
Spot ketiga! Ada di dekat pulau Gili Air, teman teman gue kembali turun, disana kita bisa lihat banyak sekali ikan ikan dan kasih makan ikan berupa roti, setelah kejadian sebelumnya gue meminta bantuan ke Bli Jamur, sekarang gue, teman teman dan dia menjadi teman cukup baik, jadi gue meminta Bli mengajari gue untuk diving, tapi nyerah deh gue, belum juga sampai lima meter. Lalu ketika gue beristirahat dipinggir perahu, gue ngobrol sama wanita umur 60an tadi, ternyata dia berasal dari Victoria, dan dia datang bareng suaminya yang hobi diving. Setelah mengobrol cukup banyak cerita tentang pengalaman dia di Gili, gue akhirnya pamit untuk naik ke atas perahu duluan. Ketika perahu udah mau berangkat, ternyata suami si wanita tersebut malah belum naik ke perahu! Ibu itu khawatir lah, suaminya diving kejauhan. Untungnya dia ditemuin sama si Bli Jamur dengan keadaan baik baik saja.
Snorkeling di spot ketiga
Setelah snorkeling kita menepi di Pulau Gili Air, tepatnya di sebuah cafe bernama Tamy's Neverland. Cafenya enak banget, makanan nya juga gak begitu mahal, rata rata 20k-30k per item. Lantainya langsung pasir pantai, dan bangunannya cuma dibuat dari kayu dan bambu. Wuih!
Suasana di Tamy's Neverland. Dengan pemandangan satu group bule laki laki di kiri atas yang seksi laut yang indah.
Gue setelah menghitam. Hehe.
Setelah snorkeling kita balik lagi ke Gili Trawangan. Setelah itu gue dan Anissa memutuskan untuk jalan jalan ke Sunset Point menggunakan sepeda sambil menunggu giliran mandi. Capek dari snorkeling mendadak hilang karena pemandangan sunset yang keren ini. Gili Trawangan terbaik!
Pemandangan di Sunset Point.
Continue to Backpack Stories - Lombok & Bali #5 : Gili's Nightlife dan Bandara I Gusti Ngurah Rai!
No comments:
Post a Comment