Halo Sencha, apa kabar? Baik? Aku juga begitu. Sedang duduk di atas kursi kayu beralaskan pasir pantai, melihat ke arah layar Mac Book yang dulu seringkali kau pinjam untuk mengerjakan tugas tugasmu, membiarkan kakiku bergesekan dengan kasarnya pasir putih kering dengan bau laut Jimbaran dan suara ombak yang selalu terdengar hampir setiap menitnya, membasahi batu karang yang berdiri dengan gagah, dengan ombak yang mencoba meruntuhkannya, namun ia tetap berdiri tanpa bergerak sedikitpun.
Sencha, apa yang sedang kau lakukan? Masih menggandrungi kopi Yigarcheffe favoritmu itu? Sedang uji coba beans baru dengan kegiatan cupping yang seringkali kamu dan teman temanmu lakukan? Atau bahkan memanjakan lidah dengan segelas green tea latte manis? Aku sendiri sedang menikmati kamu, ah, maksudku. Beberapa hari yang lalu Ayahku membawa satu pack teh Sencha sepulang perjalanan bisnis nya dari Jepang. Sambil menulis ini, aku juga menghirup bau teh dari cangkir yang kuletakkan tidak jauh dari Mac Book ku.
It has a rich mouth feel, and a long-lasting fresh flavor. Light pine aroma, juicy sweet flavor, and refreshing finish. Itu lah, rasa dari teh Sencha yang sudah menjadi nama mu selama hampir 21 tahun itu. Dan flavor notes itu semuanya terangkat,terasa dengan jelas dalam lidahku sore ini.
Sencha, seluruh notes itu membawaku pada kamu. Iya, serius kamu. Kamu yang seringkali kutemui, ketika sedang serius menyeduh kopi menggunakan filter V60. Kamu yang selalu memancarkan sinarmu setiap kali kau membicarakan tentang kopi, kamu yang betul betul ingin tahu, bagaimana lidahku dapat merasakan rasa yang terkandung dalam satu profil teh dengan profil yang lainnya. Sama penasarannya dengan aku pada kamu yang dapat merasakan perbedaan spesifik dari dua gelas kopi pahit yang bagiku rasanya sama saja.
Sencha, seluruh notes itu membawaku pada kamu. Juicy sweet flavor, entah mengapa membawaku pada pembawaanmu yang sedikit tergebu gebu, yang entah mengapa selalu punya energi lebih walaupun kau sedang kurang sehat, yang entah mengapa selalu membuatku tertawa melihat beberapa tingkahmu yang sedikit konyol dan kadang agak telat mikir. Yes, this energetic juicy sweet flavor brought me to you, with your energetic treat, outgoing, and fun.
Sencha, seluruh notes itu membawaku pada kamu. Light pine aroma, behind that energetic-small-body you have, kamu bisa tiba tiba menjadi sangat serius dan berbinar membahas sebuah hal yang benar benar kau suka. Yang entah mengapa agak sedikit lucu, when that childish face turn into a really-serious-adult face, yes, just like a small pine tree. Dibalik warna hijau nya, ia tetap disokong dengan akar kuat yang menjalar kedalam tanah. Dibalik tubuh kecil dan wajahmu yang masih terlihat seperti anak sekolah menengah atas, tersimpan sebuah great, visionary, wide insight - mind. Maybe I'm in love with your different point of view about world, about your circle, about your life.
Sencha, seluruh notes itu membawaku pada kamu. Refreshing finish, entah mengapa setelah aku bertemu denganmu aku mendapatkan seluruh energi ku kembali yang sebelumnya sudah terkuras oleh hal lain nya. You're just like the F5 button on your laptop.
Sencha, seluruh notes itu membawaku pada kamu. Rich mouth feel. Aku tidak pernah lupa pagi itu ketika kau tiba tiba saja datang ke Bandara. Ketika entah mengapa ada perasaan yang bergejolak, bahwa pagi itu, aku tiba tiba saja mencium mu. I know that I'm such a f*ckin bastard that morning.
Sencha, seluruh notes itu membawaku pada kamu. Long lasting fresh flavor. Iya, bagaimana 3 bulan yang kita lewati bersama, 3 bulan yang aku entah tidak tahu itu apa. Membuatku tidak dapat sedikitpun melupakanmu. Every time I woke up, its always been you. Seingatku walaupun sudah menjalani kehidupan ku kembali di Bali selama 2 bulan, belum pernah ada satu hari pun yang kulewatkan memikirkan kamu, Sencha. Kamu tidak pernah pergi, even its just a step away.
Sencha, aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan untuk bisa lagi berada denganmu. Setidaknya, listening to all your story about your college life, about coffee, about your family, atau bahkan hanya tentang anjing peliharaanmu yang bandel itu. Setidaknya, hanya mengantarmu ke kampus untuk absen, atau mengantrikan tiket dari pukul 10 pagi di hari premiere film favoritmu, walaupun itu sebuah film romance-thailand yang tidak begitu aku sukai. Atau sedikitnya, aku dapat melihatmu, dibalik bar, menyeduh kopi dengan wajah yang mendadak serius.
Sencha, aku merindukan segalanya tentangmu.
Ketika kau membaca ini mungkin kau sedang duduk di kedai, sekedar internet surfing dengan menggunakan free wifi dari cafe sebelah. Atau mungkin kau sedang terjaga di tengah malam, mendengarkan satu album Nat King Cole, atau bahkan Rolling Stones. Sedang apapun kamu, aku akan betul betul senang jika kau meluangkan waktu untuk membaca ini, sungguh.
Sencha tea might be the best tea in the world. And so do you.
1 comment:
I hope sencha read it
Post a Comment