22 October 2015

Mimpi dan Fiksi

Mimpi.
Terkadang mimpi berasal dari apa yang kita harapkan.
Terkadang mimpi adalah proyeksi dari ketakutan yang terdalam.
Bahkan terkadang mimpi merupakan bayangan semu dari masa depan yang mungkin terjadi, entah satu tahun kemudian, atau bahkan malam ini.
Ya, bisa jadi.
Pagi ini aku terbangun, bangun dari mimpi.
Masih meraba, apa aku sudah benar benar terbangun atau hanya bangun dari satu mimpi ke mimpi lain.
Hingga aku sadar, bahwa aku tidak pernah bangun.
Aku selalu bermimpi, bermimpi seperti apa yang menjadi bunga tidur ku malam ini.
Mimpi akan harapan yang selalu kuucapkan dalam doa ku.
Harapan yang bahkan tidak kutaruh sedikitpun keyakinan bahwa hal itu akan menjadi sebuah realita, lalu berhenti menjadi titik semu yang kukejar entah kemana arah dan tujuannya.
Sinar matahari pagi menyadarkanku, membawaku kembali pada realita, yang bagiku hanyalah sebuah mimpi panjang tanpa pernah terbangun, kadang memaksa diri untuk yakin bahwa ini adalah dunia nyata.
Harapan itu hanya berujung menjadi mimpi.
Harapan itu hanya berujung menjadi sebuah tulisan, tulisan yang selamanya akan menjadi fiksi.
Aku tenggelam dalam tumpukan kata kata yang masih sangat jauh dari pijakan tinggi bertemakan 'nyata'.
Lalu hanya bisa diam, dengan kecamuk dalam dada dan kepala. Memberontak, berharap akan ada seseorang yang akan menarikku dari lubang harapan itu.
Karena bahkan harapan itu menjadi suatu lubang di jalanku.
Ah, sudahlah.
Harapan itu, akan selamanya menjadi fiksi.

-Rauda

No comments: