Gerbang itu terlalu tinggi untuk dilihat, leherku menegadah
ke atas untuk melihat tulisan nama dimana aku tahu aku akan menghabiskan 3
tahun waktu waktu emasku di dalamnya. Gerbang dengan tulisan SMAN 11 Bandung
yang terbuat dari kuningan sehingga bisa memantulkan cahaya matahari pagi,
terlalu lama menengadah hingga aku tidak sadar sudah ada beberapa senior
berdiri di depan kami, para siswa baru yang belum resmi menjadi siswa SMAN 11
Bandung karena belum selesai menjalani Masa Orientasi Sekolah, mereka berdiri dengan
wajah dan senyum seringai nya.
Pada akhirnya kami selesai menjalani MOS dan resmi menjadi
siswa SMAN 11 Bandung tahun pertama, pada hari jumat kami menjalani KBM hari
pertama, dimana masih banyak mata tertuju pada kami karena warna rok dan celana
yang berbeda dengan penghuni sekolah lainnya, kami belum mengganti warna rok dan
celana kami dari biru menjadi abu abu, sehingga terlalu malu untuk ada di
kantin berlama lama.
Masing masing berkaca, rok abu abu masih terlalu dewasa,
seragam SMA masih terlalu aneh untuk dipakaikan pada tubuh kami yang kecil dan
berwajah anak SMP. Tapi kami bangga, akhirnya kami menjadi siswa SMA seutuhnya.
Koridor kelas 1 yang berada di samping koridor kelas 3
membuat kami gak berani macam macam dan bertingkah keterlaluan, sehingga kami
memutuskan untuk lebih baik diam dari pada bertingkah macam macam dan dapat
arahan dari senior yang kelasnya tepat berada di samping kami.
Waktu berlalu begitu cepat, pelajaran, eskul, permainan,
gosip, kecengan, pacar, acara sekolah, buku saku, guru, ah. Terlalu banyak
untuk di sebutkan dalam satu paragraf singkat. Singkat cerita, akhirnya kami
menjalani UAS semester 1.
Semakin lama, kami merasakan kekompakan di setiap kelasnya
masing masing, semakin lama kami berada di kelas tersebut (X-1 untuk saya
pribadi) semakin betah kami ada di sekolah. Tapi kekompakan itu sayangnya harus
di uji, ketika sudah tidak ada senior kelas 3 di sekolah, ketika kantin baru
sudah selesai di bangun, sehingga kami harus menghadapi pemecahan kelas dan
juga jurusan, karena kini, kami naik ke kelas 2 SMA.
Saya sendiri memilih untuk masuk ke jurusan Ilmu Pengetahuan
Alam ketika teman teman dekat saya memilih untuk masuk ke Ilmu Pengetahuan Sosial,
dan kesiswaan telah memutuskan agar saya masuk ke kelas XI IPA 2, kelas yang
awalnya saya kira bakal garing dan ternyata menjadi kelas yang keributannya
selalu saya rindukan bahkan sampai sekarang.
Pada masa kelas 2 ini masing masing orang lagi asik asiknya
sama kelas nya masing masing. Setelah beberapa bulan masa adaptasi, dan
beberapa bulan, pada akhirnya sekolah mengadakan acara study tour ke Pulau
Tidung. Tapi, entah kenapa, angkatan mendapatkan konflik pertama kami,
pengunduran study tour yang sudah di tunggu tunggu sejak lama. Seluruh ketua
murid dari tiap kelas dikumpulkan di ruang kesiswaan dan membicarakan tentang
pengunduran tersebut karena akan ada penilaian sekolah sehat. Tentu kami
protes. Tapi pada akhirnya kami menerima pengunduran tersebut dan kami pergi ke
pulau tidung pada tanggal bulan Mei kalo gak salah.
3 hari di tidung tidak akan pernah terlupakan, loncat dari
jembatan cinta dengan ketinggian kurang lebih 5 meter dari dasar laut, barbeque
yang cukup aneh, jalan jalan dengan sepeda di malam hari, snorkling yang bisa
lebih dibilang seperti korban tsunami, makan di pulau gak berpenghuni, panggung
apresiasi kelas di pinggir pantai, penampakan penampakan di jalan pulang ke
homestay di malam hari, pegel pegel kaki, sunrise, kapal kayu yang bikin
pusing, hingga kota tua, juga lampu kota Jakarta yang kami lihat ketika kami
akan pulang ke Bandung, lagi lagi, seluruh cerita tidung dari kelas XI IPA 1
sampai XI IPS 4 terlalu sulit untuk di ceritakan dalam satu paragraf.
Hingga pada akhirnya, kami di hadapkan dengan keputusan
kesiswaan untuk memecah kelas kami ketika kami naik ke kelas 3, tentu kami
menolak, karena kami sudah mulai merasakan kekompakan setiap kelasnya masing
masing, kami mengumpulkan banyak tanda tangan atas penolakan pemecahan kelas,
tetapi akhirnya nihil, kami menjalani Ujian Kenaikan Kelas dan akhirnya kami
naik ke kelas 3, dan pemecahan kelas untuk kedua kalinya.
Disini lah semuanya berawal, kekompakan angkatan kami mulai
terasa ketika kami naik ke kelas 3, saya sendiri akhirnya diputuskan untuk
masuk ke kelas XII IPA 1. Masa adaptasi dan sulitnya move on dari realita
pemecahan kelas membuat kami jarang sekali bermain dengan teman teman kelas
masing masing dan memilih untuk menghabiskan waktu di luar kelas dengan teman
teman kelas 2.
Tapi headmaster cup kedua kami membuat kami menjadi lebih
kompak dengan kelas masing masing, pembuatan jersey kelas dan memperebutkan
juara antar kelas membuat kami lebih sering menghabiskan waktu dengan teman
teman kelas masing masing.
Final headmaster cup, dari angkatan kami, XII IPA 5 lah yang
maju demi nama angkatan, satu angkatan ada di lapangan untuk mendukung kelas
XII IPA 5, tetapi, beberapa konflik kembali muncul sehingga XII IPA 5
dikalahkan dengan kelas 2. Sepet sepetan keluar dari mulut kami dan ditujukan
langsung kepada kelas 2 yang menurut kami annoying. Hingga akhirnya ada
beberapa anak kelas 2 yang nyeletuk jelek tentang kami dan berani ngelawan.
Akhirnya, karena hal tersebut kami merasa selama ini terlalu
enak ngebiarin mereka bersikap seenaknya, akhirnya kami satu angkatan, bisa
dibilang “ngegencet” beberapa anak kelas 2, dari situ, semakin kompak kami, dan
semakin berani kami di sekolah.
Panitia prom night juga membuat angkatan kami semakin kompak,
dengan diadakannya acara Pra-Event Prom night yaitu pertandingan sepak bola
angkatan yang membuat kami harus menjual tiket ke adik kelas dan membuat kaos
angkatan. Walau pada akhirnya lagi lagi angkatan kami kalah dalam sebuah
pertandingan bola, tetapi acara tersebut tidak akan pernah kami lupakan, ketika
kami duduk dan mensupport angkatan kami dengan sama sama memakai kaos hitam
dengan tulisan emas bertuliskan 2013.
Pada akhirnya tidak terasa kami menjalani minggu Ujian
Praktek yang benar benar hectic, bolak balik sana sini, ngafalin ini itu, semua
ada di pikiran kami, tetapi akhirnya kami selesai menjalani Ujian Praktek
ditutup dengan Ujian Aerobik yang sangan menyenangkan. Untuk kelas IPS selesai,
masih ada Ujian Praktek pelajaran IPA untuk kelas IPA. Tapi guru guru yang
mendukung kami membuat semuanya menjadi lebih mudah untuk di lalui.
Setelah ujian praktek, kami menjalani UAS selama satu
minggu, dan setelah UAS, kami menjalani Pra UN selama 3 hari. Semua Ujian
tersebut sangat gak kerasa karena kami semakin dekat dengan UN.
Karena keberanian kami kepada adik kelas akhirnya membawa
kami lagi lagi “ngegencet” satu adik kelas yang emang songong dengan inisial
EFNA. EFNA ini awalnya hanya bermasalah dengan satu orang di angkatan kami,
tapi karena perilaku dan bahasa nya yang buruk di media sosial twitter, pada
akhirnya seluruh angkatan “ngebully” EFNA di twitter. Kami sudah merencanakan “penggencetan”
EFNA tetapi EFNA yang terlalu takut akhirnya ngadu ke orangtuanya dan beberapa
orang dari angkatan kami harus berurusan dengan kesiswaan, masalah ini pun
selesai dengan bagel yang masih banyak banget di angkatan kami.
Pada hari Kamis, beberapa hari menuju UN, kami menginap di
sekolah untuk terakhir kalinya dan menjalankan istigosah dan doa bersama, pada
malam itu, kami menangis, kami berpelukan satu sama lain, mengingat masa lalu
yang kami lewati bersama, canda, tawa, hujatan, tangisan, emosi di masa putih
abu abu yang indah yang tidak lama lagi harus berakhir diputuskan oleh waktu.
Akhirnya! Kami menjalani Ujian Nasional yang bisa disebut
GAGAL! Angkatan kami lagi lagi menjadi kelinci percobaan dengan 20 paket UN dan
barcode pada soal yang menyulitkan dan cukup menurunkan mental kami. Untuk
kegagalan lainnya bisa di cari di google dan media sosial lainnya.
Pada akhirnya, hari kamis, tanggal 18 April 2013, hari
terakhir kami memakai seragam putih abu abu. Seragam yang dulu masih longgar,
dan warna abu abu yang dulu masih terlihat terlalu dewasa untuk kami, kini
menjadi seragam yang mulai mengecil, warna putihnya memudar, logo cokelas osis
di saku menjadi cokelat muda, dan kini warna abu abu tersebut sudah terlalu
muda untuk di identikkan dengan kami yang sudah banyak mencapai umur 18 tahun.
Seragam yang dulu selalu ada di gardu depan tiap kali kami
membuka lemari masing masing, kini hanya akan di simpan di dalam lemari paling
dalam dengan menyimpan banyak kenangan indah di masa masa remaja di Sekolah
Menengah Atas. Seragam ini bahkan lebih sering dipakai dibandingkan dengan baju
baju lain di lemari, seragam ini menyimpan lebih banyak kenangan dibandingkan
baju baju lainnya.
Guru guru yang dulu sering kita hujat, kita omongin, kita
ketawain, kita mabalin, malesin, tapi besok, mereka akan melambaikan tangannya
sambil mengantarkan kita keluar dari sekolah ini, dan gak peduli seberapa
menjengkelkannya mereka, seberapa nyebelinnya mereka, mereka tetap dengan
bangga melepas kita dan mengatakan “Kalian adalah murid terbaik yang pernah
saya punya”.
Kita tidak pernah tahu secepat apa waktu berjalan, berapa
kecepatannya, dan bagaiman ia membawa seluruh kenangan menjadi harus terlalu
cepat untuk di lalui. Baru kemarin orang tua kita mengambil foto dengan seragam
SMA pertama kita, mereka bangga, anaknya sudah ganti warna seragam, dan besok,
kita tidak akan memakai seragam lagi dan memulai hidup masing masing tanpa
ketergantungan guru dan juga orang tua.
Ah, gak tahu lagi. Terlalu banyak. Dan terlalu menyenangkan.
Seragam, guru, staff sekolah, caraka, orang kantin, pacar, teman teman,
sahabat, musuh, adik kelas, acara sekolah. Gak tahu lagi bagaimana caranya saya
harus menceritakan semuanya. Terlalu indah, terlalu singkat.
Terimakasih SMAN 11 Bandung, terimakasih 2013 yang sudah
membuat masa putih abu abu saya menjadi sangat menyenangkan untuk diceritakan
kepada anak saya kelak :)
No comments:
Post a Comment