Prana masuk ke dalam kamarnya dan
melihat ke arah kasur dengan sprei real madrid berwarna putihnya. Noda kutek
merah Mora masih berbekas disana, tidak bisa hilang walau Mora sudah mencoba
menghapusnya dengan alkohol. Prana menghelakan nafas panjang dan duduk di
karpetnya, bersandar pada kaki kaki kasur.
Sinar matahari senja yang berwarna
oranye menembus kaca kamar Prana. Ia membuka iPhone nya dan membuka folder
photo gallery. Mora. Foto Mora yang selalu muncul di layar kecil tersebut dalam
berbagai gaya. Mora memang sering ikut foto foto di iPhone Prana. Aplikasi ngeditnya
bagus. Begitu kata Mora.
Biasanya Prana duduk di sana sambil
ditemani Mora yang tidur tiduran di kasurnya sambil baca majalah. Atau ketika
ia bermain PS bersama Pitong, Mora hanya melihat ke arah layar, ikut berteriak
ketika ada salah satu diantara Prana dan Pitong mencetak gol.
Prana menyimpan iPhone nya kedalam
saku dan menghelakan nafas panjang.
Melamun.
Secara tidak langsung Mora menolak
cinta Prana tanpa adanya sedikitpun harapan bahwa Prana bisa mendapatkan Mora
di sampingnya. Hampir 5 tahun ia memendam rasa kepada Mora. Mulai dari hanya
sekedar naksir, suka, sayang, dan kini ia sungguh sungguh mencintai Mora. Gak
peduli bahwa Prana tahu asam manis Mora. Gak peduli sudah seburuk apa Prana
bersikap di depan Mora. Mora tahu segalanya tentang Prana.
Prana pun berdiri dan menjatuhkan
seluruh barang yang ada di atas meja belajarnya.
Sedikit demi sedikit ia meneteskan
air matanya. Prana mengepalkan tangannya kuat kuat berusaha untuk tidak
menangis. Cowok cengeng. Ucap Prana dalam hati. Prana langsung membuka pintu
kamarnya dan berlari keluar dari rumah. Ia langsung melangkahkan kakinya menuju
mobil yang terparkir di luar dan masuk kedalam nya. Ia mengemudikan mobil
dengan kecepatan di atas rata rata.
Ia tiba tiba memukul stir mobil
sambil masih berkonsentrasi pada jalan. Mobil masih melaju dalam kecepatan besar. Prana
mencoba menarik nafas nya dalam dalam, dan mengeluarkannya perlahan,
menenangkan dirinya dan mencoba melambatkan laju mobil. Ia mengusap air matanya
dengan lengannya. Ia pun mengemudikan mobil sampai ia menemukan suatu lapangan
besar di daerah dago atas dengan pemandangan langsung ke kota Bandung. Prana
memarkirkan mobilnya di lapangan tersebut.
Ia keluar dari mobil sambil membawa
sebatang rokok yang ada di speedmeternya sejak kemarin. Ia pun menyulutkan
rokok dengan korek api Pitong yang tertinggal sambil bersender pada bagian
depan mobil. Prana pun mengepulkan asap pertamanya.
Mengingat ingat apa yang bisa
membuatnya sangat mencintai Mora.
Dimulai dari pertama kali bertemu,
seragam putih biru di dalam bis. Ada di satu bangku selama satu tahun,
menghabiskan waktu terakhir di SMP, duduk di sampingnya di kala terakhir Prana
menggunakan bis dan seragam putih biru, masuk kedalam SMA yang sama,
pertengkaran selama kelas 1 SMA karena pacar masing masing yang sama sama rese.
Masuk ke kelas yang sama di kelas 2. Kelas 3. Prom Night.
Dan sampai ia harus kuliah ke
Australia.
Prana mengepulkan asap rokoknya
lagi.
Melamun lagi.
No comments:
Post a Comment