Setiap individu pasti memiliki terowongan waktunya masing masing.
Setiap individu lahir dan hidup untuk menghiasi terowongan tersebut.
Entah itu sebuah lukisan indah, atau lukisan yang buruk. Seiring dengan
berjalan nya jarum jam. Seiring dengar bergantinya hari. Lukisan itu
akan pudar, bahkan hilang di telan oleh kencangnya aliran waktu. Lukisan
itu adalah memori memori dalam hidup kita. Yang perlahan lahan kita
lupakan, seiring dengan memanjangnya terowongan waktu yang selalu
bertambah panjang seiring dengan terbit dan terbenamnya matahari di
ufuknya masing masing.
Lukisan apa saja? Bermacam macam. Mulai dari lukisan suci dan bersih.
Semakin panjang terowongan waktu kita, semakin rumit lukisan yang kita
buat. Beberapa lukisan sebelumnya pudar digerus oleh aliran waktu. Tanpa
kita sadari. Dalam terowongan waktu kita, pasti kita pernah melukiskan
satu lukisan indah yang sangat sulit pudar dibandingkan dengan lukisan
lain nya.
Lukisan tersebut selalu ada di setiap jarang terowongan yang semakin
memanjang. Selalu ada, tapi tidak bisa pudar. Tidak seperti lukisan
lukisan lain yang mudah sekali untuk pudar, lukisan ini sangat sulit
untuk pudar, bahkan hilang. Bisa hilang, tapi akan selalu membekas. Kita
hidup dengan selalu melukis lukisan ini.
Ya. Cinta. Siapa yang bisa hidup tanpa cinta? Tanpa cinta segalanya
menjadi hambar. Cinta menemani kita di ruang kesepian yang sangat sunyi.
Cinta menemani kita ketika kita sedang berusaha berjalan menerjang
badai cobaan dalam hidup kita. Cinta menemani kita di dalamnya lautan
kesedihan. Cinta juga ada dan menemani kita ketika kita sedang menikmati
hembusan angin kebahagiaan.
Lukisan tentang cinta tidak akan pernah pudar, sepanjang apapun
lorong waktu yang telah kita buat. Sebanyak apapun lukisan yang kita
lukis. Lukisan tentang cinta tidak akan pernah hilang walau aliran waktu
menyambar secepat kilat.
Lukisan yang tidak bisa digambarkan hanya dengan satu warna, bahkan berjuta warna.
-Eca. Lagi teler-
No comments:
Post a Comment